Sementara dia sendirian di dalam
hutan, dia mendengar tentara musuh mulai mendekati tempat persembunyiannya.
Berusaha untuk bersembunyi, dia mulai naik ke sebuah bukit dan menemukan
beberapa gua di sana. Secara cepat dia merangkak masuk ke dalam salah satu gua.
Dia merasa aman untuk sementara, namun dia menyadari jika tentara musuh
melihatnya merayap ke atas bukit, mereka pasti akan segera memeriksa semua gua
dan membunuhnya.
Dalam gua itu, dia mulai berdoa
kepada Tuhan,” Tuhan, jika ini kehendak-Mu, tolong lindungi aku. Apapun yang
terjadi, aku tetap mencintai-Mu dan mempercayai-Mu. Amin.”
Setelah berdoa, dia bertiarap dan
mulai mendengar tentara musuh mulai mendekatinya. Dia mulai berpikir,”Baiklah,
aku kira Tuhan tidak akan menolongku dari situasi ini.” Kemudian dia melihat
seekor laba-laba mulai membangun jaring di depan gua persembunyiannya.
Sementara dia mengawasi dan mendengar tentara musuh yang sedang mencarinya,
lala-laba itu terus membentangkan benang-benang jaring di pintu masuk gua.
Dia terkejut dan berpikir,” Yang aku
butuhkan sekarang adalah sebuah tembok pertahanan, mengapa Tuhan malah memberi
sebuah jaring laba-laba. Pasti Tuhan sedang bercanda.” Dari kegelapan gua, dia
melihat musuh mulai mendekat dan memeriksa setiap gua. Dia bersiap-siap untuk
melakukan perlawanan terakhirnya, namun ada yang membuatnya heran karena
tentara musuh hanya melihat sekilas ke arah gua persembunyiannya setelah itu
mereka pergi begitu saja.
Tiba-tiba dia menyadari bahwa
ternyata jaring laba-laba yang ada di pintu gua telah membuat gua itu terlihat
seperti belum ada seseorang yang memasukinya. Karena kejadian itu, dia berdoa
dan minta ampun kepada Tuhan karena sudah meragukan pertolongan Tuhan.” Tuhan,
ampunilah aku. Aku lupa bahwa di dalam Engkau, jaring laba-laba menjadi lebih kuat
dari dinding beton.”
Dalam
hidup ini pun kita sering menganggap bahwa Tuhan harus menyediakan hal yang
besar dan dasyat untuk menolong hidup kita. Tetapi kita sering lupa bahwa di
dalam Tuhan hal yang kecil dan remeh bisa dipakai untuk menolong kita. “Sebab
yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah
dari Allah lebih kuat dari pada manusia.” (1 Korintus 1:25)
"Ah, itu gampang, lihat saja nih!" jawab serigala A dan dengan sigap serigala A itupun melompat ke arah kelinci tersebut dan berlari mengejarnya.
Cobalah pikirkan kembali, apakah tujuan sebenarnya Anda bekerja?
PENDETA
VS PETUGAS PARKIR
March
21, 2015 by: reno kore
Seorang pendeta meninggalkan pesan
pada secarik kertas yang diletakkan di antara kaca dan “wiper” mobilnya. Pesan
itu berbunyi: “Sudah sepuluh kali saya berkeliling blok ini, tidak ada tempat
parkir yang saya temukan, maka saya terpaksa parkir di sini. Ampunilah kami
akan segala kesalahan kami.”
Ketika ia kembali ke mobilnya, ia
mendapatkan pesan dari petugas parkir di tempat yang sama. Pesan itu berbunyi:
“Sudah sepuluh tahun saya bekerja di sini. Apabila saya tidak memberikan surat
tilang parkir kepada Anda, maka saya akan dipecat. Janganlah membawa kami ke
dalam pencobaan.”
“Berbahagialah
orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan
menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang
mengasihi Dia.” (Yakobus 1:12)
Kita Berdua Masuk Surga
September
3, 2014 by: reno kore
Seorang lelaki yang pendek dan buruk
rupanya suatu hari duduk-duduk bersama istrinya yang sangat cantik. Si lelaki
tak berkedip memandang wajah istrinya yang cantik jelita. Agak tersipu-sipu,
sang istri pun berkata, “Kau ini kenapa sih, kok dari tadi memandangiku saja?”
“Kulihat wajahmu,” jawab si suami,
“setiap hari kok semakin cantik saja. Maka setiap kali aku melihatmu, semakin
bertambah syukurku.”
“Ya,” kata si istri, “dan kita
berdua nanti akan masuk surga.”
“Lho, darimana kau tahu?”
“Bukankah hamba yang bersyukur dan
hamba yang bersabar akan masuk surga. Kau bersyukur karena mendapat anugerah
istri seperti aku. Sedangkan aku bersabar mendapat cobaan berupa suami seperti
kau.”
MASUK
SURGA
January
12, 2014 by: reno kore
Pendeta Abdul sedang mengajar
Sekolah Minggu.
“Anak-anak,
kalo saya menjual mobil dan rumah saya yang garasinya gede, lalu memberikan
semua hasil penjualan itu ke gereja, apakah saya bisa masuk surga?” tanya
Pendeta Abdul.
“Tidak!!”
jawab anak-anak serempak.
“Nah,
kalo saya membersihkan gereja tiap hari, memotongi rumputnya, dan memastikan
segala sesuatu yang ada di gereja selalu rapi dan bersih, bisa nggak saya masuk
surga?” tanya Pendeta Abdul lagi.
Anak-anak
menjawab lagi, “Nggak bisa!”
“Baiklah.
Kalo sekarang saya seorang penyayang binatang dan suka memberi permen ke
anak-anak, dan mencintai istri saya dengan sepenuh hati, sudah bisakah saya
masuk surga?” Pendeta Abdul bertanya lagi.
Sekali
lagi jawaban anak-anak, “Nggak bisa!”
“Ok,
Ok,” lalu ia meneruskan, “Jadi gimana donk caranya masuk surga?”
Seorang
bocah berusia 5 tahun berteriak keras, “Bapak Pendeta harus mati dulu!”
Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.* (Matius
7:21)
TIGA
NERAKA
May
10, 2015 by: reno kore
Seorang pria jahat mati dan disambut
oleh Santo Petrus. Petrus memberitahunya bahwa ia harus memilih salah satu dari
tiga jenis neraka.
Neraka
pertama sangat panas dan ia melihat banyak orang terbakar dalam api. Neraka
berikutnya sangat dingin dan ia melihat orang menggigil dan meratap. Di neraka
ketiga, ia melihat orang-orang berdiri di kubangan kotoran setinggi pinggang
tapi mereka nampak bahagia. Mereka minum segelas kopi dan saling ngobrol.
Karena itu, pria jahat tadi berkata kepada Petrus, “Aku pilih neraka ketiga.”
Petrus
memasukkan pria itu ke neraka ketiga. Ia mendapat segelas kopi dan cukup
menikmatinya. Tiba-tiba ia mendengar suara dari pengeras suara yang berkata,
“Perhatian. Perhatian. Waktu minum kopi sudah usai. Sekarang waktunya kalian
berdiri dengan kepala kalian.”
“Aku
akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia,
yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka.
Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!” (Lukas 12:5)
DUA SERIGALA
Ada
dua ekor serigala di hutan belantara, serigala B menantang serigala A untuk
menangkap seekor kelinci yang sedang makan wortel, tidak jauh dari tempat
mereka berdiri,
"Ayo Serigala A, kamu bisa ngga tangkap kelinci itu?" tanya serigala B.
"Ayo Serigala A, kamu bisa ngga tangkap kelinci itu?" tanya serigala B.
"Ah, itu gampang, lihat saja nih!" jawab serigala A dan dengan sigap serigala A itupun melompat ke arah kelinci tersebut dan berlari mengejarnya.
Sedangkan
kelinci yang melihat serigala itu, langsung lari terbirit-birit ketakutan,
tanpa pikir panjang wortel yang masih dikunyahnya di lemparkan ke arah serigala
tersebut, "DUAAAKK!!" begitu suaranya.
Karena
serigala adalah binatang yang kuat, maka wortel kecil yang mengenai kepalanya
tidak terasa sama sekali, serigala tersebut tetap mengejar kelinci itu, 1
menit.. 2 menit.. 3 menit... sampai 5 menit..
Serigala
itu belum dapat menangkap kelinci itu, karena kelinci itu larinya lebih
kencang. Serigala itupun kelelahan dan menghentikan pengejarannya.
Dengan
perasaan yang sangat malu, dia menunduk berjalan dan kembali ke temannya
serigala B.
Setelah sampai di tempat serigala B, maka serigala B itupun bertanya, "Bagaimana? Apakah kamu bisa menangkapnya ?" tanya serigala B, lalu serigala A hanya menggeleng-gelengkan kepalanya yang masih tertunduk.
Setelah sampai di tempat serigala B, maka serigala B itupun bertanya, "Bagaimana? Apakah kamu bisa menangkapnya ?" tanya serigala B, lalu serigala A hanya menggeleng-gelengkan kepalanya yang masih tertunduk.
Serigala
B lalu melanjutkan perkataanya, "Kamu tahu, kenapa kamu tidak bisa
menangkap kelinci itu? Kamu kalah, karena kamu tidak serius. Kamu berlari
mengejar kelinci hanya untuk pamer saja, sedangkan kelinci itu berlari untuk
nyawanya."
Untuk orang yang sudah bekerja, mungkin Anda merasa, Anda sangat
lelah, Anda capai dengan pekerjaan, bosan, tidak ada kemajuan sama sekali dalam
pekerjaan Anda. Itu dikarenakan karena Anda tidak serius dengan pekerjaan Anda.
Cobalah pikirkan kembali, apakah tujuan sebenarnya Anda bekerja?
Sebab, terkadang ada orang yang bekerja, karena tuntutan orang tua
agar mencari uang sendiri, atau kadang juga ada orang yang bekerja, karena
mereka merasa 'harus' bekerja untuk membantu orang tua mereka menghidupi
keluarganya, atau ada juga orang yang bekerja karena untuk dapat pamer pada
teman-temannya, pada sanak saudara, bahwa dia sudah bekerja.
Jadi, apakah tujuan Anda bekerja? Demi rasa bangga pada serigala B.
Atau demi rasa lapar?
IBU BERMATA SATU
Ibuku
hanya memiliki satu mata.
Aku
membencinya… dia sungguh membuatku menjadi sangat memalukan.
Dia
bekerja memasak buat para murid dan guru di sekolah… untuk menopang keluarga.
Ini terjadi pada suatu ketika aku duduk di sekolah dasar dan ibuku datang. Aku
sungguh dipermalukan. Bagaimana bisa ia tega melakukan ini padaku? Aku membuang
muka dan berlari meninggalkannya saat bertemu dengannya.
Keesokan
harinya di sekolah…
"Ibumu
bermata satu?!?!?…. eeeee ejek seorang teman. Akupun berharap ibuku segera
lenyap dari muka bumi ini.
Jadi
kemudian aku katakan pada ibuku, "Ma… kenapa engkau hanya memiliki satu
mata?! Kalau engkau hanya ingin aku menjadi bahan ejekan orang-orang, kenapa
engkau tidak segera mati saja ?!!!?
Ibuku
diam tak bereaksi.
Aku
merasa tidak enak, namun di saat yang sama, aku rasa aku harus mengatakan apa
yang ingin aku katakan selama ini… Mungkin ini karena ibuku tidak pernah
menghukumku, akan tetapi aku tidak berfikir kalau aku telah sangat melukai
perasaannya.
Malam
itu…Aku terjaga dan bangun menuju ke dapur untuk mengambil segelas air minum.
Ibuku sedang menangis di sana terisak-isak, mungkin karena khawatir akan
membangunkanku. Sesaat kutatap ia, dan kemudian pergi meninggalkannya.
Setelah
aku mengatakan perasaanku sebelumnya padanya, aku merasa tidak enak dan
tertekan. Walau demikian, aku benci ibuku yang menangis dengan satu mata. Jadi
aku bertekad untuk menjadi dewasa dan menjadi orang sukses.
Kemudian
aku tekun belajar. Aku tinggalkan ibuku dan melanjutkan studiku ke Singapore.
Kemudian aku menikah. Aku membeli rumahku dengan jerih payahku. Kemudian,
akupun mendapatkan anak-anak, juga. Sekarang aku tinggal dengan bahagia sebagai
seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggal ini karena tempat ini dapat
membantuku melupakan ibuku.
Kebahagiaan
ini bertambah besar dan besar, ketika…
Apa
?! Siapa ini?!
Ini
adalah ibuku… Masih dengan mata satunya. Aku merasa seolah-olah langit runtuh
menimpaku. Bahkan anak-anakku lari ketakutan melihat ibuku yang bermata satu.
Aku
bertanya padanya, "Siapa kamu?!. Aku tidak mengenalmu!! !? Kukatakan
seolah-olah itu benar. Aku memakinya, "Berani sekali kamu datang ke
rumahku dan menakut-nakuti anak-anakku!
KELUAR
DARI SINI!!
SEKARANG
JUGA!!!?.
Ibuku
hanya menjawab, "Oh, maafkan aku. Aku mungkin salah alamat ?"
Kemudian
ia berlalu dan hilang dari pandanganku.
Oh
syukurlah… Dia tidak mengenaliku. Aku agak lega. Kukatakan pada diriku kalau
aku tidak akan khawatir atau akan memikirkannya lagi. Dan akupun menjadi merasa
lebih lega…
Suatu
hari, sebuah undangan menghadiri reuni sekolah dikirim ke alamat rumahku di
Singapore. Jadi, aku berbohong pada istriku bahwa aku akan melakukan perjalanan
dinas. Setelah menghadiri reuni sekolah, aku mengunjungi sebuah gubuk tua, dulu
merupakan rumahku… Hanya sekedar ingin tahu saja.
Di
sana, aku mendapati ibuku terjatuh di tanah yang dingin. Tapi aku tidak
melihatnya mengeluarkan air mata. Ia memegang selembar surat ditangannya…
Sebuah surat untukku.
"Anakku…
Aku
rasa hidupku cukup sudah kini…
Dan…
aku tidak akan pergi ke Singapore lagi…
Tapi
apakah ini terlalu berlebihan bila aku mengharapkan engkau yang datang
mengunjungiku sekali-kali? Aku sungguh sangat merindukanmu…
Dan
aku sangat gembira ketika kudengar bahwa engkau datang pada reuni sekolah .
Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolahan. Demi engkau …
Dan
aku sangat menyesal karna aku hanya memiliki satu mata, dan aku telah sangat
memalukan dirimu.
Kau
tahu, ketika engkau masih kecil, engkau mengalami sebuah kecelakaan, dan
kehilangan salah satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa tinggal diam
melihat engkau akan tumbuh besar dengan hanya memiliki satu mata. Jadi
kuberikan salah satu mataku untukmu…
Aku
sangat bangga akan dirimu yang telah dapat melihat sebuah dunia yang baru
untukku, di tempatku, dengan mata tersebut. Aku tidak pernah merasa marah
dengan apa yang kau pernah kau lakukan… Beberapa kali engkau memarahiku…
Aku
berkata pada diriku, 'Ini karena ia mencintaiku …'
Kadang-kadang kita tidak mengerti seberapa
besar pengorbanan ibu (ortu) kita selama kita hidup. Karena itu hargai dan
hormatilah ibu (ortu) kita selama mereka masih hidup. Jangan sampai kita
menyesal pada saat mereka meninggal, kita belum sempat membalas pengorbanan
mereka. Dan selalu bawa mereka di dalam doa-doa kita.
BIARLAH TUHAN YANG MENGEMUDIKAN
KEHIDUPAN KITA
Kita
tidak pernah mempertanyakan ke mana sopir bus kota yang kita tumpangi akan
membawa busnya. Tetapi kita sering mempertanyakan Tuhan, kemana Dia akan
membawa hidup kita ?
Seorang ayah mengajak puterinya, Asa, 6 tahun, mengendarai mobil menuju ke sebuah museum. Sudah lama Asa menginginkannya. Si Ayah kebetulan hari itu mengambil cuti dan sengaja mengantar anaknya ke tempat yang sudah lama diimpikan Asa itu tanpa didampingi Bunda.
Di perjalanan, tak hentinya Asa bertanya kepada si Ayah, "Ayah tahu tempatnya?", tanya Asa yang duduk di samping kemudi Ayah.
Seorang ayah mengajak puterinya, Asa, 6 tahun, mengendarai mobil menuju ke sebuah museum. Sudah lama Asa menginginkannya. Si Ayah kebetulan hari itu mengambil cuti dan sengaja mengantar anaknya ke tempat yang sudah lama diimpikan Asa itu tanpa didampingi Bunda.
Di perjalanan, tak hentinya Asa bertanya kepada si Ayah, "Ayah tahu tempatnya?", tanya Asa yang duduk di samping kemudi Ayah.
"Tahu,
jangan kuatir ..., " jawab Ayah sembari tersenyum.
"Emang
Ayah tahu jalan-jalannya ?"
"Tahu,
jangan kuatir ..."
"Benar,
tidak kesasar Ayah ?"
"Benar,
jangan kuatir ...," jawab Ayah tetap dengan sabar.
"Nanti
kalau Asa haus, bagaimana ?"
"Tenang,
nanti Ayah beli air mineral ..."
"Terus
kalau lapar?"
"Tenang,
Ayah ajak mampir Asa ke restoran ..."
"Emang
ayah tahu tempat restorannya ?"
"Tahu,
sayang ..."
"Emang
ayah bawa cukup uang ?"
"Cukup,
sayang ..."
"Kalau
Asa pengin ke kamar kecil ?"
"Ayah
antar sampai depan pintu toilet wanita ..."
"Emang
di musium ada toiletnya ?"
"
Ada , jangan kuatir ..."
"Ayah
bawa tissue juga ?"
"Bawa,
jangan kuatir ...," kata ayah sembari membelokkan mobilnya masuk jalan
tikus, karena macet.
"Kok
Ayah belok ke jalan jelek dan sempit begini ?"
"Ayah
cari jalan yang lebih cepat ... supaya Asa bisa menikmati museum lebih lama
nanti ..."
Tidak
berapa lama, Asa kemudian tidak bertanya-tanya lagi. Giliran sang Ayah yang
bingung,
"Kenapa Asa diam, sayang?"
"Kenapa Asa diam, sayang?"
"Ya,
Asa percaya Ayah deh! Ayah pasti tahu, akan antar dan bantu Asa nanti!"
Kita ini seperti Asa si anak kecil ini. Kita bertanya banyak hal
mengenai apa yang kita hadapi dan terjadi dalam hidup kita. Terlalu banyak
khawatir apa yang akan kita hadapi. Padahal sesungguhnya Tuhan "sedang
mengemudi" buat kita semua.
Kadang Ia membawa ke "gang sempit" yang barangkali
tidak enak, tetapi itu semua untuk menghindari "kemacetan" di jalan
yang lain. Kadang Ia memperlambat "kendaraan-Nya", kadang mempercepat.
Semuanya ada maksudnya.
Ada baiknya kalau kita menyerahkan hal-hal yang di luar
jangkauan kita kepada-Nya. Biarkan Dia berkarya atas hidup Anda, biarkan Dia
mengemudikan hidup Anda, sebaliknya fokuskan hidup Anda kepada hal-hal yang
Anda bisa kerjakan di depan mata, dengan berkat kemampuan yang Anda sudah
miliki.
KISAH SEGELAS SUSU
Adalah
anak lelaki miskin yang kelaparan dan tak punya uang. Dia nekad mengetuk pintu
sebuah rumah untuk minta makanan. Namun keberaniannya lenyap saat pintu dibuka
oleh seorang gadis muda. Dia urung minta makanan, dan hanya minta segelas air.
Tapi
sang gadis tahu, anak ini pasti lapar. Maka, ia membawakan segelas besar susu.
“Berapa harga segelas susu ini?” tanya anak lelaki itu.
“Ibu
mengajarkan kepada saya, jangan minta bayaran atas perbuatan baik kami,” jawab
si gadis.
“Aku
berterima kasih dari hati yang paling dalam… ” balas anak lelaki setelah
menenggak habis susu tersebut.
Belasan
tahun berlalu…
Gadis
itu tumbuh menjadi wanita dewasa, tapi didiagnosa punya sakit kronis. Dokter di
kota kecilnya angkat tangan. Gadis malang itu pun dibawa ke kota besar, di mana
terdapat dokter spesialis.
Dokter
Howard Kelly dipanggil untuk memeriksa. Saat mendengar nama kota asal wanita
itu, terbersit pancaran aneh di mata sang dokter.
Bergegas
ia turun dari kantornya menuju kamar wanita tersebut. Dia langsung mengenali
wanita itu. Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya wanita itu berhasil
disembuhkan. Wanita itu pun menerima amplop tagihan Rumah Sakit. Wajahnya
pucat ketakutan, karena dia tak akan mampu bayar, meski dicicil seumur hidup
sekalipun. Dengan tangan gemetar, ia membuka amplop itu, dan menemukan catatan
di pojok atas tagihan…
“Telah
dibayar lunas dengan segelas susu …” Tertanda, dr. Howard Kelly.
(dr.
Howard Kelly adalah anak kelaparan yang pernah ditolong wanita tersebut. Cerita
disadur dr buku pengalaman dr. Howard dalam perjalanannya melalui Northern
Pennsylvania, AS)
Begitulah
…
Jangan ragu berbuat baik dan jangan
mengharap balasan. Pada akhirnya, buah perbuatan akan selalu mengikuti kita. We
will harvest what we plant..
KASIH IMAN KEBIJAKSANAAN
Aku dan Tuhan berdiri mengamati
pertandingan baseball. Tim Tuhan melawan tim iblis. Score sangat ketat
0-0 dan ini adalah putaran terakhir. Kami memperhatikan seorang pemukul bernama
Kasih masuk ke lapangan. Kasih mulai memukul dan berhasil mencetak score
single karena Kasih tak pernah gagal.
Pemukul selanjutnya bernama Iman,
yang juga berhasil mencetak score karena Iman selalu bersama-sama dengan
Kasih.
Lalu masuk seorang pemukul
bernama Bijak. Iblis melakukan lemparan pertama dan Bijak hanya membiarkannya.
Tiga kali lemparan dan Bijak hanya melangkah pergi karena Bijak tidak pernah
mengambil apapun yang Iblis lemparkan.
Lalu Tuhan melihat ke arahku dan
berkata bahwa Ia akan mengeluarkan pemain andalanNya. Lalu datanglah
Karunia.
Aku berkata: sepertinya ia tidak
terlalu hebat…
Tim Iblis sangat santai begitu
mereka melihat Karunia. Berpikir bahwa mereka hampir memenangkan pertandingan,
Iblis pun melempar bola dgn sekuat tenaga.
Dan sangat mengejutkan semua
orang, Karunia memukul bola kencang sekali melebihi pemain-pemain sebelumnya.
Tapi Iblis tidak khawatir..pemain
tengah mereka jarang gagal menangkap bola. Iblis berlari mengejar bola, tapi
bola malah lepas dari tangan, menghantam kepalanya dan iblis pun jatuh
tersungkur ke tanah.
Karunia bersama Kasih, Iman dan
Bijak terus berlari sampai home run. Tim Tuhan menang!!
Lalu Tuhan bertanya kepadaku
mengapa Kasih, Iman dan Bijak tidak bisa home run tanpa Karunia?
Aku menjawab tidak tahu.
Tuhan
menjelaskan: “Kalau kasihmu, imanmu dan kebijaksanaanmu yang memenangkan
pertandingan, engkau akan berpikir bahwa engkaulah yang melakukan semuanya.
Kasih, Iman dan Kebijaksanaan akan mengantarmu mencapai semua hal-hal yang
baik, tapi hanyalah Karunia-Ku sajalah yg akan membawamu ke dalam kemenangan,
sampai di rumah Bapa dengan selamat. KaruniaKu adalah satu-satunya yang tidak
dapat dicuri Iblis."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar